Membaca Survei
Misalnya,
seorang mahasiswa diberikan tugas untuk membuat makalah mengenai sastra lisan
yang berkembang di berbagai daerah di
Indonesia dengan merujuk kepada beberapa buku yang akan dijadikan sebagai
referensi. Maka mahasiswa itu akan mencari beberapa buah buku sastra di
perpustakaan dengan menyurvei beberapa judul buku yang berkaitan dengan
tugasnya. Kemudian, ia membaca secara global pada halaman daftar isi buku
tersebut guna mengetahui ihwal dan gambaran umum serta ruang lingkup dalam
bacaan tersebut.
Menurut Hendry
Guntur Tarigan (1979: 31) sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita
meneliti terlebih dahulu apa-apa yang akan kita telaah. Kita menyurvei bahan
bacaan yang akan dipelajari, yang akan ditelaah, dengan jalan:
Pertama, memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat
dalam buku. Kedua, melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab
yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan. Ketiga, memeriksa, meneliti
baga, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam
menyurvei bahan bacaan ini sangat penting; hal ini turut menentukan berhasil
atau tidaknya seseorang dalam studinya. Memang ada benarnya ucapan orang tua
yang mengatakan bahwa permulaan yang baik sudah merupakan setengah dari hasil
yang hendak dicapai.[1]
Dalam konteks
jenis bacaan ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian atau
artikel yang terdapat dalam jurnal ilmiah, bagian yang penting saja perlu
disurvei untuk mendapatkan gambaran umum serta ruang lingkup tersebut yakni
pada bagian abstrak yang menggambarkan tentang keseluruhan isi bacaan atau bisa
juga dibaca pada bab penutup yang merupakan kesimpulan dari bacaan tersebut.
Sedangkan untuk buku, kita dapat membacanya pada bagian daftar isi dan bagian keterangan
atau semacam pengantar singkat yang terletak pada sampul bagian belakang dari
buku tersebut. Biasanya keterangan singkat tersebut dibuat oleh pihak penerbit
atau seorang pakar yang memiliki otoritas di bidangnya yang berkaitan dengan
bacaan itu sendiri.
Merujuk atas
apa yang telah penulis paparkan di atas, tentu setiap orang mempunyai caranya
tersendiri. Tergantung pada pembaca, apa yang dianggap penting olehnya dalam
membaca survei ini untuk merealisasikan tujuannya dalam waktu yang cepat. Membaca
survei merupakan pendahuluan awal dalam membaca ekstensif atau bisa disebut
juga kegiatan prabaca. Karena pembaca hanya menyurvei beberapa bagian dalam
suatu bacaan tidak membaca secara kesuluruhan isi dalam bacaan tersebut sebelum
membaca secara intensif dilakukan.
Rujukan:
Tarigan, Hendry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Ghazali, Abdus Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.
Rujukan:
Tarigan, Hendry Guntur. 1979. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
Ghazali, Abdus Syukur. 2013. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.
[1]Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan
Komunikatif-Interaktif. (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), halaman 112.
Komentar
Posting Komentar